3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Salam dan bahagia,
perkenalkan nama saya Nur Ida Laela,
S.Pd.,M.Pd., saya bekerja di SD Negeri 02 Banjarsari Kec. Bantarbolang Kab.
Pemalang Jawa Tengah. Sekarang Saya sedang menempuh Pendidikan guru penggerak
sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 9 kelas 177. Dalam artikel ini, saya akan
berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai seorang pemimpin. Bapak Ibu Guru di seluruh Indonesia mari kita Bersama
merenungkan kalimat bijak ini:
“ Mengajarkan anak
menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah
yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah
suatu proses yang sistematis dan terencana yang sangat berdampak pada perilaku
dan karakter murid. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid
dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan
keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam
kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua
nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan kita tinggal.
Hal ini sejalan dengan
kalimat bijak berikut ini,
“ Pendidikan adalah
sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.” (Georg
Wilhelm Friedrich Hegel).
Memahami kalimat bijak
tersebut pendidikan merupakan suatu proses menuntun murid dengan penguatan
karakter , norma -norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki
nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya.
Setelah kita mencoba
memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah rangkuman kesimpulan
pembelajaran modul 3.1 koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak
Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
1.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka
memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin?
Filosofi Ki Hajar
Dewantara (KHD) Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh
KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing
Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya
Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat
dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu
memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru)
harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah
juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang
muridnya.
KHD berpandangan bahwa
sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik
kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan
karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun
karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau
mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai
pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan
filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
KHD memberikan
smeboyan yang sangat fenomenal dan memiliki makna mendalam yang menjadi
landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk
menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila.
Implementasi dalam pembelajaran adalah segala konten dan proses pembelajaran
hendaknya berpihak pada murid. Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan
saja, namun juga guru mentransfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan
secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan
disetiap pengambilan keputusan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh
kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Guru sebagai pendidik
harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang
berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh
ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan
dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi
dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar
melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk
mengambil keputusan yang benar.
Nilai-nilai kebajikan
yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
Keputusan tepat yang
diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh
dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil
keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan
kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi
dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan
diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil
keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan
konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang
telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, saya merasa bahwa pengambilan keputusan yang saya lakukan sudah efektif.
Dalam koneksi materi pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, di
sini coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat
diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki
pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu
percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among
dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan
dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
Lanjut dengan pertanyaan berikutnya, di sini saya merasa bahwa
kegiatan coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih
mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan yang saya buat itu
sudah berpihak pada siswa, apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal,
apakah keputusan itu dapat dipertanggung jawabkan? Guru sebisa mungkin harus
dapat menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk
memecahkan masalahnya sendiri. Keterampilan coaching membantu kita sebagai
pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan
yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses
belajar siswa, membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang
mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan lingkungan
yang nyaman. Sesi coaching dengan Teknik coachingnya sangat membantu saya
sebagai seorang guru untuk mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan
yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan
khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan
pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar
siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sesuai dengan koneksi materi antar
modul maka proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan
keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self
awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Guru harus dapat
mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan
kesalahan/resiko dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema
etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran atau sama-sama
mengandung nilai kebajikan.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral
atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pendidik yaitu guru
sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melihat setiap masalah yang
dihadapinya baik di kelas mapun di sekolah. Bisa jadi kasus atau masalah yang
dihadapi merupakan sebuah dilema etika atau bujukan moral. Guru jaman now yang
notabene merupakan guru di era merdeka belajar harus memiliki nilai pendidik
yang inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif yang dapat membimbing
peserta didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk
mengatasi isu tantangan global. Guru harus menyajikan pembelajaran dan
melakukan pengambilan keputusan untuk kepentingan murid, menjunjung tinggi
prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita ingin orang lain lakukan
terhadap kita. Guru harus berusaha membuat keputusan yang bertanggung jawab
dengan melakukan pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan pada setiap
masalah yang dihadapi. Jika seorang guru menghadapi masalah dilema etika yaitu
nilai benar vs benar, maka guru harus melakukan analisa melalui 4
paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta
melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Kesembilan
Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan ini harus dilakukan secara urut
dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid, mengandung
nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan melalui pengambilan
keputusan yang tepat, maka akan menciptakan iklim lingkungan yang positif berdampak
pada penciptaan lingkungan kondusif bahkan aman dan sangat nyaman untuk
ditinggali. Guru sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu
berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat
dipertanggung jawabkan. Jika keputusan yang diambil tepat sesuai penjelasan di
atas maka lingkungan pasti akan menerima juga. Lalu muncul pertanyaan,
bagaimana sebaiknya agar kita melakukan pengambilan keputusan yang tepat? Iya,
hal yang pertama yg wajib kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu
masalah yg terjadi apakah masalah tadi termasuk dilema etika atau bujukan
moral. Apabila masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah
keputusan kita wajib bisa menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan,
sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun lingkungan yg positif,
kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya pengambilan keputusan yg
sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema etika hanya bisa dicapai
bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Dapat
dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui
proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka
keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan kepada
pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di
lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilemma etika adalah seringkali keputusan diambil sepihak tanpa
melibatkan banyak komponen yang terlibat. Keputusan yang diambil juga secara
langsung tanpa melalui tahapan yang tepat sehingga berdampak pada resiko yang
besar dan lingkungan tidak kondusif. Pemimpin cenferung otoriter dalam
mengambil keputusan tanpa mendengarkan pendapat orang lain yang berkepentingan.
Dalam modul 3.1 jelas disebutkan bahwa terdapat 4 paradigma, 3 prinsip yang
perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis
hasil akhir (end based thinking),
kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil
(berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir
berbasis rasa peduli (care based
thinking). Jika kita berpedoman pada 4 paradigma dan 3 prinsip tersebut
tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila
kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.
Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama
melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9 langkah
tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan
kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Terdapat pengaruh
positif anatara pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran
yang memerdekakan murid-murid kita. Hal ini dikarenakan, pengambilan keputusan
yang kita ambil sangat berpihak pada murid dan memperhatikan potensi murid yang
berbeda-beda. Modul 3.1 ini sangat bermanfaat bagi guru dalam pengambilan
keputusan yang berpihak pada murid. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam merdeka
belajar muaranya adalag memerdekakan murid, agar ia tumbuh dan berkembang
mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia miliki. Seyogyanya ketika kita
menemui dilemma etika, kita harus dapat menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat. Dengan semua materi yang telah
dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus
memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan
berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah
dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan
keselamatan dan kebahagiaan.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan
dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang
pemimpin pembelajaran, guru harus melakukan pengambilan keputusan yang
memerdekakan dan berpihak pada murid. Jika hal ini terjadi maka, murid
sebagai benih akan tumbuh menjadi probadi yang merdeka, kreatif, inovatif dalam
mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Murid kita
akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat
dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Guru mengambil keputusan yang diharapkan membawa dampak agar membawa kesuksesan
dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. Semua keputusan yang diambil
harus berpihak kepada murid melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana
dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan
kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi
yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi
produk. Hal ini dikenal dengan model pembelajaran berdiferensiasi.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang
didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul
sebelumnya yaitu:
·
Pengambilan keputusan harus berlandaskan kepada filosofi Ki
Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu filosofi Ki
Hajar Dewantara (KHD) Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam
mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
·
Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan
menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman (well being).
·
Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki
kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan
muridnya menuju profil pelajar Pancasila.
·
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik dalam hal ini guru harus
mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas
sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran.
·
Dalam koneksi materi pengambilan keputusan dengan keterampilan
coaching, di sini coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang
lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan
coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang
berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan
memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar.
Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode
TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana
aksi, dan TA: Tanggung jawab.
·
Kasus yang ditemui oleh pendidik tentunya kebanyakan adalah
dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan analisa 4 paradigma, 3
prinsip dan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Berikut pemahaman saya
tentang modul 3.1:
Dilema etika sendiri
merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral
adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi
jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan
yang benar lawan salah.
Tentu seringkali guru
menemui atau menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ
terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai
kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa
sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu
berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai
kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada
situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term)
Seorang guru sebagaim
pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam
pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya
memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan.
Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan
keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai
tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita
perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan
pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak
pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan
bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu
sbb:
1. Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang salingbertentangan
2. Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini
3. Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau
salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5. Pengujian paradigma
benar atau salah
6. Prinsip pengambilan
keputusan
7. Investigasi tri lema
8. Buat keputusan
9. Meninjau kembali
keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut saya
diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir
benar-salah, untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya
mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip
dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya
cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki
resiko paling kecil.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul 3.1, saya banyak menjumpai kasus
dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa
melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada
intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi
saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli
atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam
kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena
saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji
panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis
dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti
menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya
mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam
mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin
pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan
keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa
lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga
dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap
pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang
seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid.
Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap
lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah
pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua Langkah tertata dan
terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai
seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Jika ditanya seberapa
penting, maka saya jawab sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini sangat
membantu saya dalam pengambilan
keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai
pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar
dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan
orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan,
saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada
cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih
terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri
memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan
langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri dalam membuat
keputusan yang tepat. Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat
keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan
membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.
Semangat menuju aksi
nyata. Salam dan Bahagia
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda